Strategi Peningkatan Daya Daing Hortikultura…(3)

(Benchmarking from the Success Story of Thailand Agribusiness Development)
Thailand dikenal dunia sebagai negeri Gajah Putih, namun di sejumlah Negara termasuk Indonesia, Thailand dikenal sebagai Negara penghasil hortikultura. Tidak hanya itu, Thailand terbukti telah berhasil mengembangkan agribisnis buah-buahan dan sayur-sayuran. Terobosan Thailand di bidang agribisnis bukan hanya berhasil meningkatkan kemapanan sector agribisnis dalam perekonomian Thailand, tetapi juga berhasil meningkatkan citra positif Thailand sebagai pelopor pengembangan agribisnis di Kawasan ASEAN.
Strategi agribisnis Thailand dalam pengembangan agribisnis hortikultura telah mendapat pengakuan internasional dalam satu dasawarsa terakhir di abad dua puluh ini. Dari laporan ekspor yang dikeluarkan oleh Department of Economic and Business Thailand, disebutkan bahwa empat komoditas agribisnis yang berhasil menduduki peringkat 10 besar dalam peringkat ekspor Thailand adalah udang, padi/beras, karet dan produk pengalengan ikan.
Berikut ini beberapa keunggulan strategi pengembangan agribisnis Thailand yang penting dipelajari, terdiri dari :
1. Thailand memiliki keunggulan di bidang penelitian dan pengembangan untuk menghasilkan bibit unggul melalui rekayasa bioteknologi, bioproses dan kultur jaringan.
2. Keunggulan dalam memfungsikan Badan Penyuluhan Pertanian Daerah (BPPD) sebagai sarana bimbingan pertanian dan sebagai media informasi pasar bagi petani dalam kaitannya dengan perencanaan jenis dan kuantitas produksi.
3. Keunggulan dalam mengidentifikasi komoditas yang memiliki prospek bisnis dan pertumbuhan pasar yang tinggi sehingga pengembangannya diarahkan untuk komoditas-komoditas potensial tersebut.
4. Keunggulan dalam memainkan strategi pemasaran yang handal dan efektif untuk penetrasi pasar, termasuk pasar ekspor.
5. Kemampuan yang tinggi untuk memperpendek rantai pemasaran komoditas, sehingga margin pemasaran relative lebih rendah.
6. Kredit perbankan yang berbunga rendah dan tanpa agunan.
7. System pengembangan agribisnis diarahkan pada integrasi agroindustri hilir, dengan tujuan untuk menciptakan kegunaan terutama kegunaan waktu dan kegunaan bentuk melalui upaya pengolahan, pengalengan dan pengemasan.

2.1.9. Strategi Pengembangan Agribisnis
Pada dasarnya suatu pengembangan sistem agribisnis dalam pembangunan pertanian diharapkan mampu mengatasi segala ancaman, tantangan dan hambatan yang akan terjadi agar dapat menjadi leading sector, selain itu strategi pengembangan agribisnis memerlukan pendekatan yang komprehensif mulai dari sektor hulu sampai ke sektor hilir. Menurut Solahuddin (1999), strategi pokok dalam pengembangan agribisnis sebagai leading sector adalah sebagai berikut :
1. Penyamaan visi, persepsi dan keberpihakan berbagai pihak dalam mendukung penempatan agribisnis sebagai leading sector.
2. Pengembangan agribisnis harus dimulai dengan pemantapan kembali kebijakan makro dan mikro yang memberikan insentif bagi pengembangan agribisnis.
3. Kelembagaan pelayanan perkreditan, penyuluhan, manajemen, teknologi dan informasi harus diperkuat sehingga menjadi kekuatan pendukung yang kokoh dan berinteraksi dengan pelaku agribisnis dalam pola yang saling menguntungkan.
4. Perbaikan struktur pasar dalam negeri melalui penataan kembali kelembagaan pemasaran komoditas pada semua rantai subsistem agribisnis.
5. Di tingkat mikro, usaha-usaha yang dilakukan meliputi promosi, peningkatan daya saing produk, peningkatan investasi dan pembinaan sumberdaya manusia agribisnis.
Sudaryanto dan Munif (2005) menjelaskan bahwa strategi pengembangan agribisnis harus dilakukan dengan integrasi vertikal melalui percepatan pembangunan koperasi agribisnis. Percepatan pengembangan koperasi agribisnis dilakukan melalui percepatan pertumbuhan vertikal integratif (vertical integrative growth) yakni integrasi ke depan dan ke belakang, baik secara individu maupun bentuk usaha patungan dengan usaha kecil-menengah.

Exit mobile version