Latar Belakang
Konsumsi daging nasional terus meningkat, pemerintah memperkirakan untuk tahun 2010 konsumsi daging perkapita sebesar 2,72 kg/tahun sehingga kebutuhan daging dalam negeri mencapai 654.400 ton dan rata-rata tingkat pertumbuhan konsumsi 1,49% (BPS 2005).
Produksi daging dan susu nasional juga terus meningkat, kurun waktu tahun 2003 sampai 2007, daging sapi potong merupakan penyumbang terbesar bagi produksi daging nasional (Tabel 1 dan 2) . Namun peningkatan tersebut belum mampu memenuhi kebutuhan dan permintaan pasar yang juga terus meningkat. Saat ini untuk memenuhi permintaan konsumsi daging dan susu, pemerintah masih melakukan kebijakan impor sapi potong, daging beku dan susu. Seiring mulai
diperlakukannya era pasar bebas, peningkatan produktivitas dan daya saing peternakan khususnya sapi potong harus ditingkatkan agar tidak tergantung lagi terhadap negara lain dalam pemenuhan produk protein hewani utamanya daging.
Dalam upaya pencapaian swasembada daging sapi, kementerian pertanian telah menyusun lima kegiatan pokok untuk mencapai swasembada daging sapi 2014 yaitu (1) Penyediaan sapi bakalan/daging sapi lokal secara berkelanjutan; (2) Peningkatan produktivitas dan reproduktivitas sapi lokal; (3) Pencegahan pemotongan sapi betina produktif; (4) Penyediaan bibit sapi lokal; dan (5) Revitalisasi aturan distribusi dan pemasaran ternak/daging sapi. Lima kegiatan tersebut dijabarkan secara rinci menjadi 13 program aksi yang setiap program aksinya dijabarkan lebih rinci lagi menjadi beberapa kegiatan operasional.
Dalam praktek usaha peningkatan produktivitas peternakan, pengusahaan peternakan dan kalangan petani peternak mengalami beberapa masalah yang masih sangat membutuhkan solusi. Beberapa hal yang menjadi kendala seperti sempitnya lahan usaha, lahan penggembalaan, ketersediaan pakan dan bibit, kesehatan ternak dan teknologi pemeliharaan, serta permodalan.
Masalah seperti kesulitan dalam mengakses informasi teknologi, modal, pakan, obat-obatan dan pasca produksi yaitu penjualan ternak dapat diatasi salah satunya dengan cara menguatkan kerjasama antar kelembagaan dalam kegiatan usaha peternakan.
Besarnya permintaan kebutuhan akan pemenuhan konsumsi daging juga menjadi peluang usaha di bidang peternakan yang dapat meningkatkan kesejahteraan petani peternak. Pengembangan usaha peningkatan produksi daging yang dilakukan secara luas dapat dilakukan dengan pola kemitraan. Dalam usaha ternak sapi, kemitraan diharapkan dapat memberikan sumbangan peningkatan kesejahteraan bagi peternak dan juga memenuhi kebutuhan konsumsi daging nasional.
Kemitraan merupakan kegiatan kerjasama antar pelaku peternakan mulai dari tingkat praproduksi, produksi hingga pemasaran, yang dilandasi asas saling membutuhkan dan menguntungkan di antara pihak-pihak yang bekerja sama, misalnya antara perusahaan dan petani peternak, pemerintah dan petani, dan lain-lain.
Kajian ini akan mengidentifikasi bentuk/pola kelembagaan kemitraan peternakan, kendala dan potensi dalam membangun kelembagaan kemitraan usaha, selain itu akan merumuskan alternatif penyempurnaan model kelembagaan kemitraan peternakan agar efisien dan memiliki daya saing tinggi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi bentuk/pola kelembagaan kelembagaan kemitraan peternakan.
2. Seperti apakah model kelembagaan kemitraan peternakan yang ada dan telah berjalan selama ini (existing condition).
3. Bagaimana strategi optimalisasi swasembada daging melalui pengembangan model kelembagaan kemitraan peternakan.
1.3 Maksud dan Tujuan
1. Mengidentifikasi bentuk/pola kelembagaan kemitraan peternakan yang telah ada.
2. Merumuskan alternatif model kelembagaan kemitraan peternakan yang menunjang optimalisasi swasembada daging.
3. Merumuskan strategi optimalisasi swasembada daging melalui pengembangan model kelembagaan kemitraan peternakan.
1.4 Ruang Lingkup Pekerjaan
Secara umum ruang lingkup kajian ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian menggunakan data primer dan sekunder.
2. Penelitian akan mengidentifikasi bentuk/pola kelembagaan kemitraan peternakan yang telah ada dan menganalisis kendala serta potensi dalam membangun kelembagaan kemitraan peternakan tersebut.
3. Dalam konteks strategi optimalisasi, penelitian akan merumuskan alternatif strategi dalam menentukan pola/model kelembagaan kemitraan peternakan.