Pandangan umum respon individu terhadap stres
Model-model teori yang telah dijelaskan di atas adalah sangat penting dan saling melengkapi untuk mengetahui corak respon individu di dalam menghadapi stres. Berdasarkan teori-teori tersebut dapat digabungkan. Pertama, interaksi individu dengan lingkungan. Peristiwa hidup dapat menyebabkan stres tergantung bagaimana individu meresponnya. Apakah individu akan merespon peristiwa hidup yang penuh stres, hal itu tergantung pada pengalaman masa lalunya, kepribadiannya dan cara pandangnya terhadap peristiwa itu. Kedua, stres sebagai fenomena fisiologis. Respon fisiologis tergantung pada :
a) apakah individu menerima kondisi-kondisi yang mengancam atau tidak,
b) cara mengatasinya tergantung pada karakteristik fisiologis
individu, c) tergantung pada kerentanan sistem-sistem atau organ-organ fisiologis.
Penyebab Stres Kerja
a. Stressor yang Bersifat Fisik
Akibat dari kebisingan
Tekanan stres
b. Faktor Sosial Psikologis
Crowding (keramaian) dan cramping (kejang)
Tempat penampungan dan migrasi
c. Job Stressor
Job stressor adalah stres yang ditimbulkan oleh pekerjaan itu sendiri, seperti tuntutan peran dan beratnya beban kerja.
Beban berat yang berlebihan (work overload)
Peran ganda dan konflik peran
Perbedaan kognitif dan kepribadian
Akibat Stres Kerja
Gejala fisiologis; Stres dapat menciptakan perubahan di dalam metabolisme, meningkatkan laju detak jantung dan pernafasan, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan sakit kepala, dan menyebabkan serangan jantung.
Gejala psikologis; Stres dapat menimbulkan ketidakpuasan kerja. ini merupakan suatu bentuk stres yang paling sederhana. Stres juga dapat menyebabkan muncul dalam bentuk lain sperti: depresi dan kecemasan,
Gejala perilaku; Gajala perilaku dikaitkan dengan perubahan di dalam produktivitas, absensi, dan tingkat keluar masuknya karyawan, juga perubahan dalam kebiasaan makan, meningkatnya merokok, bicara cepat, gelisah dan gangguan tidur, penyalahgunaan drug dan alkohol, dan masalah pelaksanaan kerja misalnya menurunnya produktivitas dan burnout.
Job burnout; Job burnout dapat dikatakan sebagai respon terhadap kondisi-kondisi kerja yang penuh stres. Menurut Pipes dan Aronson (dalam Berry, 1998) burnout adalah perilaku yang ditunjukkan seseorang yang bekerja dalam situasi yang menegangkan dan penuh emosional. Seperti kelelahan emosional, perasaan memiliki kemampuan yang rendah dan depersonalisasi. Burnout adalah kelelahan emosional dalam merespon penyebab stres (stressor). Job burnout lebih mungkin terjadi dalam lingkungan kerja seperi perawat, terapis, pekerja sosial dan guru.
Strategi Organisasi Dalam Menangani Stres
Lima strategi yang bisa dilakukan organisasi untuk membantu karyawan menangani stres di tempat kerja adalah:
1. Menghilangkan stressor atau pemicu stres;
2. Menjauhkan karyawan dari stressor;
3. Mengubah persepsi karyawan terhadap stressor,
4. Mengendalikan konsekuensi dari stres;
5. Menyediakan dukungan sosial bagi karyawan yang menghadapi stres.
Cara mengurangi stress
Memindahkan karyawan ke tempat lain, melakukan penggantian penyelia dan menyediakan lingkungan kerja yang baru.
Melaksanakan pelatihan dan pengembangan karyawan supaya mampu melaksanakan pekerjaan baru.
Merancang kembali pekerjaan sehingga karyawan mempunyai wewenang yang cukup untuk mengambil keputusan dalam melaksanakan tanggung jawab, mengurangi kelebihan beban kerja, tekanan waktu dan peranan ganda.
Komunikasi dilaksanakan dengan baik sehingga memperbaiki pemahaman karyawan terhadap stress.
Melakukan konseling bagi karyawan yang mengalami stress.
Melakukan kegiatan yang bersifat santai yang dilakukan secara bersama-sama anggota organisasi.
Epilog
Puas atau tidak puas dalam dunia kerja adalah keniscayaan.
Tidak ada satu pun yang dapat menjamin kepuasan kerja selain dari diri kita sendiri.
Dalam ajaran agama, kerja adalah ibadah, sehingga ketika diniatkan seperti itu akan muncul motivasi yang bersifat spiritual.
Pekerjaan yang kita lakukan dengan hati ikhlas dan niat ibadah, akan memunculkan pintu-pintu rezeki dari tempat yang tidak kita duga.