Pertanian

Sistem Perbenihan atau Seeding system

Indonesia, hingga saat ini masih punya ketergantungan yang tinggi dengan benih impor. Kondisi ini tentu berkebalikan dengan harapan masyarakat yang menginginkan kedaulatan pangan. Benih untuk tanaman pangan baik beras, jagung, kedelai, kentang dan kacang tanah masih impor. Benih-benih impor memiliki berbagai kelebihan, namun sulit dilakukan penangkaran oleh petani di dalam negeri. Sebab itu, ibarat narkoba, tanaman pangan yang ditumbuhkan dari benih impor akan membuat negara sangat tergantung secara terus menerus pada kebutuhan benih dari luar. Sebagai contoh, untuk jagung 43 persen benih hibrida dipasok oleh perusahaan besar seperti Syngenta dan Bayer Corp. Industri benih jagung hibrida di Indonesia masih dikuasai oleh PT DuPont. Sebagai pemimpin pasar, dengan produk benih jagung hibrida merek Pioneer, DuPont menguasai market share hingga 35%. Perusahaan yang memilki pasar utama  di Jawa yang mencapai 80-82% ini dalam 10 tahun telah memiliki 27 jenis varietas jagung hibrida yang sudah dikembangkan sebagai hasil kerjasama dengan balai penelitian benih pemerintah.

Sementara itu, pihak pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pertanian melalui Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) punya Program Penelitian Pengkajian Pengembangan dan Penerapan (Litkajibangrap) yang diperkuat mulai dari pengelolaan sumber daya genetik sampai ke teknologi perbenihan.

Penguatan dalam program yang berjalan selama ini mencakup Bank Gen dan fasilitas penyimpanan Sumber Daya Genetik (SDG) di Unit Pelaksana Teknis (UPT) komoditas, karakterisasi dan evaluasi intangible value dari SDG lokal ke dalam teknologi. Penguatan program pemuliaan termasuk juga membentuk konsorsium dengan perguruan tinggi dan lembaga penelitian lain seperti  BATAN, serta perluasan program diseminasi varietas ke daerah, termasuk penguatan kapasitas penyediaan benih sumber bagi penangkar di daerah.

Pemerintah mengaku, melalui upaya ini, dalam hal varietas tanaman pangan saja, tidak kurang dari 244 varietas padi, 54 varietas jagung, dan 58 varietas kedelai telah dihasilkan. Sampai saat ini, tingkat adopsi petani terhadap varietas unggul spesifik lokasi telah mencapai 90% untuk padi, 45% untuk jagung, dan 80% untuk kedelai. Oleh karenanya, Kemeterian Pertanian memandang benih dari varietas Produk Rekayasa Genetik (PRG) hanya merupakan salah satu potensi alternatif untuk digunakan apabila memenuhi aspek keamanan hayati, tepat menjawab persoalan yang ada, dan memberikan nilai keuntungan bagi petani.

Benih-benih varietas baru dari pemulia yang jumlahnya terbatas disampaikan kepada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) untuk diuji adaptasi bersama-sama dengan penyuluh dan pemerintah daerah sehingga dapat dipilih varietas mana yang cocok dan disukai oleh petani. Hal ini dilaksanakan mengingat areal pertanian di Indonesia yang bersifat spesifik baik lingkungan fisik maupun preferensi masyarakat terhadap produknya. Dengan hasil ini, pemetaan terhadap kebutuhan teknologi varietas yang cocok dapat dibangun dan penyampaian benih dari pemulia tanaman ke penangkar lokal dapat dilakukan lebih cepat.

Tahun 2012 dibutuhkan sekitar 514 ribu ton benih tanaman pangan untuk mendukung swasembada pangan hingga tahun 2014. Namun, baru setengahnya saja kebutuhan benih yang dapat disediakan di dalam negeri, setengah lagi masih harus diimpor dari luar negeri.

Sebenarnya, Indonesia punya potensi untuk mencapai kemandirian atau bahkan kedaulatan dalam perbenihan. Buktinya, Thailand dan Vietnam, dua negara di mana kita masih tergantung beras pada mereka, mendatangkan benih jagung hibrida sebesar 1.360 ton pada tahun 2011 hingga Agustus dari Jawa Timur. Bangsa ini punya kemampuan, hanya saja pemerintah tidak punya kemauan. Politik anggaran di bidang riset pertanian sangat minim, sehingga riset acapkali dikerjakan secara asal-asalan. Dalam beberapa kasus, peneliti atau periset pertanian kita justru banyak mendapatkansupport dari pihak luar (Asing) ketimbang pemerintah sendiri.

Previous page 1 2 3 4 5
Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button