Sosial

PUASA DAN PEMANASAN GLOBAL atau Global Warming and Fasting

I. Pendahuluan

Ramadhan adalah bulan menahan diri dari lapar dan haus. Idealnya seorang muslim mengurangi jatah makan sekali sehari di bulan Ramadhan. Pengurangan jatah makan dapat menghemat sumber daya alam sekaligus mengurangi penggunaan energy untuk memproduksi sumber daya alam tersebut. Pengurangan energy untuk memproduksi sumber daya alam berarti mengurangi gas rumah kaca yang dibuang ke atmosfer yang menyebabkan pemanasan global.

II. Pemanasan Global

Pemanasan global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan daratan Bumi. Selama seratus tahun terakhir, rata-rata temperatur ini telah meningkat sebesar 0,6 derajat Celsius (1 derajat Fahrenheit). Kenaikan temperatur ini akan mengakibatkan mencairnya es di kutub dan menghangatkan lautan, yang mengakibatkan meningkatnya volume lautan serta menaikkan permukaannya sekitar 9 – 100 cm (4 – 40 inchi), menimbulkan banjir di daerah pantai, bahkan dapat menenggelamkan pulau-pulau. Penyebab utama pemanasan ini adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam, yang melepas karbondioksida dan gas-gas lainnya yang dikenal sebagai gas rumah kaca ke atmosfer.

Yang termasuk dalam kelompok Gas Rumah Kaca adalah karbondioksida (CO2), metana (CH4), dinitro oksida (N2O), hidrofluorokarbon (HFC), perfluorokarbon (PFC), sampai sulfur heksafluorida (SF6). Jenis GRK yang memberikan sumbangan paling besar bagi emisi gas rumah kaca adalah karbondioksida, metana, dan dinitro oksida. Sebagian besar dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi dan batu bara) di sector energi dan transport, penggundulan hutan , dan pertanian.

III. Puasa di bulan Ramadhan

Puasa di bulan Ramadhan adalah salah satu dari lima rukun Islam. Puasa memiliki beberapa manfaat, ditinjau dari segi kejiwaan, sosial dan kesehatan, di antaranya yaitu: pertama, puasa secara kejiwaan artinya adalah membiasakan kesabaran, menguatkan kemauan, mengajari dan membantu bagaimana menguasai diri, serta mewujudkan dan membentuk ketaqwaan yang kokoh dalam diri. Kedua, manfaat puasa secara sosial adalah membiasakan umat berlaku disiplin, bersatu, cinta keadilan dan persamaan, juga melahirkan perasaan kasih sayang dalam diri orang-orang beriman dan mendorong mereka berbuat kebajikan. Ketiga, manfaat puasa secara kesehatan adalah membersihkan usus-usus, memperbaiki kerja pencernaan, membersihkan tubuh dari sisa-sisa dan endapan makanan, mengurangi kegemukan dan kelebihan lemak di perut.

IV. Ramadhan mengurangi Pemanasan Global

Seperti diketahui penyebab utama kerusakan lingkungan termasuk pemanasan global adalah pertambahan penduduk dan pola produksi dan konsumsi yang tidak berkelanjutan. Pertambahan penduduk adalah isu yang dihembuskan Negara maju agar Negara berkembang mengendalikan laju pertambahan penduduknya, sedangkan pola produksi dan konsumsi yang tidak berkelanjutan adalah pernyataan yang dikemukakan oleh Negara berkembang terhadap gaya hidup Negara maju yang boros sumber daya alam.

Pola produksi dan konsumsi yang tidak berkelanjutan dapat dilihat dari perbandingan penggunaan energy antara Negara maju dan Negara berkembang, seorang yang hidup di negara berkembang mengkonsumsi sebahagian kecil energi dan materi yang dikonsumsi orang-orang di negara-negara maju, dengan dampak lingkungannya jauh lebih sedikit. Konsumsi energi komersial per orang di sebuah negara maju yang tingkat konsumsinya tinggi, menghabiskan rata-rata 18 kali energi dibandingkan satu orang di negara yang tingkat konsumsinya rendah. Padahal, negara-negara yang tingkat konsumsinya rendah ini dihuni tiga perempat penduduk bumi.

Jika dalam jangka waktu 50 tahun mendatang (2050) gaya hidup manusia tidak berubah dan tetap menganggap alam sebagai obyek pemenuhan kebutuhan manusia, bencana pemanasan global akan benar-benar terjadi. Intergovernmental Panel on Climate Change memperkirakan kenaikan suhu global akan berkisar 1,6-4,2 derajat Celsius pada 2050 atau 2070. Karena itulah, diperlukan perubahan gaya hidup untuk menanggulangi bahaya perubahan iklim.

Dalam kaitannya dengan Ramadhan ada beberapa dimensi dalam ibadah Ramadhan yang memiliki kaitan erat dengan aspek mengubah gaya hidup konsumtif. Pertama, dengan mengurangi jatah makan menjadi dua kali sehari, berarti aktfitifitas produksi beras juga mengalami penurunan. Padi sawah termasuk salah satu sumber utama emisi gas metan, dengan volume emisi berkisar antara 20-100 Tg CH4 pertahun (IPCC 1992). Secara global menurut IPCC 2005, diperkirakan secara langsung pertanian berkontribusi 11 persen total emisi gas GRK. Total emisi 6,1 Gt CO2e tersusun atas CH4 (3,3 Gt) dan N2O (2,8 Gt). Di Amerika Serikat, pertanian berkontribusi 7,4 persen emisi GRK secara nasional. Di Inggris, pertanian diperkirakan berkontribusi 7,4 persen emisi GRK nasional dengan persiapan pemupukan 1 persen terdiri dari metana 37,5 persen total nasional dan nitroksida sekitar 95 persen total nasional. Fermentasi pencernaan ternak bertanggungjawab atas 86 persen kontribusi metana dari pertanian, sisanya dari pupuk, sedangkan emisi nitroksida didominasi oleh aplikasi pupuk sintetis 28 persen dan pelarutan pupuk nitrogen serta aplikasi pupuk kandang ke air permukaan dan sekitarnya 27 persen.

Idealnya seorang muslim di bulan Ramadhan dapat mengurangi porsi makan dari tiga kali sehari menjadi dua kali sehari. Dengan asumsi sekali makan setiap orang 0,1 kg beras, maka untuk jumlah muslim 211,2 juta (88% dari 240 juta penduduk) di Indonesia, bangsa ini bisa menghemat konsumsi beras 211,2 juta x 0,1 kg x 30 hari atau setara dengan 633,6 juta kg beras per tahun atau 0,634 juta ton per tahun.

Apabila dalam setiap hektar sawah tadah hujan menghasilkan 3-5 ton beras dalam setiap tahun. Dan jika kita ambil setiap ha sawah menghasilkan rata-rata 4 ton beras beras berarti kita bisa mengurangi penggunaan lahan yang dapat dijadikan sawah setiap tahun sebesar 2,536 juta ha sawah. Indonesia dengan luas areal tanam padi sawah 10,6 juta ha diperkirakan menyumbang sekitar 1% dari total emisi gas metan global (Neue can Roger, 1993). Berarti dengan berpuasa setiap bulan Ramadhan, kita dapat mengurangi 0,0239% emisi metan global. Atau setiap tahunnya aktivitas dan pemakaian energi, pertanian dan limbah di Indonesia membuang emisi 451 juta ton karbon dioksida atau setara (MtCO2e). Dengan berpuasa aktifitas dan pemakaian energi di pertanian dapat dikurangi hingga menjadi 343,1 juta ton karbondioksida atau berkurang 107,9 juta ton CO2.

Tidak hanya berkenaan dengan aktifitas produksi beras, yang merupakan sumber karbohidrat, kita belum menelaah masalah penggunaan energi untuk menyediakan lauk pauk seperti daging, telur, ikan (sebagai sumber protein) dan sayur (sumber vitamin) dan sebagainya. Fakta menunjukkan bahwa umumnya yang kita makan di meja hidangan bukan cuma nasi tetapi ada lauk pauknya. Untuk menghitung berapa energi (mengeluarkan emisi karbon) yang dibutuhkan suatu produk mulai dari pabrik yang mengolahnya hingga produk tersebut sampai di etalase pasar kita menggunakan Jejak Karbon (JK). JK biasanya dihitung dalam jumlah ton karbon atau ton karbon dioksida yang dikeluarkan dalam satu tahun

Standar yang digunakan untuk pengukuran karbon dilakukan untuk mengukur gaya hidup dan konsumsi langsung individual terhadap barang dan jasa. Misalnya ada organisasi lingkungan yang menghitung dengan empat stándar: 1) energi, 2) perjalanan dengan menggunakan motor/mobil, 3) perjalanan dengan menggunakan pesawat, dan 4) pola konsumsi (diet). Pengukuran dilakukan untuk menghitung pengeluaran karbon yang digunakan dalam setahun yang dinilai dari jumlah frekwensi bepergian baik dengan kendaraan bermotor maupun naik pesawat udara. Puasa selain mengurangi pola konsumsi, juga dapat mengurangi penggunaan energy misalnya dengan mengurangi mobilitas. Intinya dengan berpuasa jejak karbon kita otomatis akan berkurang.

Tambahan lagi aktifitas memasak makanan membutuhkan minyak goreng yang berasal dari pohon kelapa sawit. Pengurangan aktifitas makanan akan mengurangi permintaan minyak kelapa sawit yang berarti juga mengurangi hutan yang terkonversi akibat ekspansi besar-besar perkebunan kelapa sawit di Indonesia.

Kedua yaitu kesederhanaan. Rasulullah SAW pernah berkata: “Apabila berbuka salah satu kamu, maka hendaklah berbuka dengan kurma. Andaikan kamu tidak memperolehnya, maka berbukalah dengan air, maka sesungguhnya air itu suci.” Hadits tersebut mengajarkan berbuka dengan sederhana dan tidak berlebihan. Pada bulan Ramadhan tidak sedikit orang yang membuat berbagai variasi pada menu makanan dan minuman mereka. Walaupun hal itu diperbolehkan, tetapi tidak dibenarkan israf (berlebih-lebihan) dan melampaui batas. Justru seharusnya adalah menyederhanakan makanan dan minuman. Allah Ta ‘ala berfirman: “Makan dan minumlah dan janganlah kalian berbuat israf (berlebih-lebihan), sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat israf. ” (Al-A’raaf: 31). Bulan puasa melatih muslim agar menjauhi pola hidup konsumerisme.

Seorang muslim di bulan puasa dilatih untuk menahan nafsu dan bersikap sederhana. Dengan harapan setelah ramadhan berakhir ia lebih dapat mengendalikan keinginannnya. Di zaman informasi saat ini, promosi yang dilakukan oleh perusahaan sebagai bagian dari marketing menyebabkan semakin cepat terkurasnya sumber daya alam. Menurut Philip Kotler- bapak marketing dunia, dampak negatif marketing adalah ketinggalan jaman yang disengaja, keinginan palsu dan materialisme yang berlebihan, terlalu sedikitnya barang-barang publik, perubahan budaya dan terlalu banyak kekuasaan politik. Dampak negatif marketing tersebut baik langsung atau tidak langsung menyebabkan semakin tingginya karbon yang dilepas ke atmosfer.

Misalkan saja bisnis telah menjual barang pribadi secara berlebihan dengan mengorbankan barang publik. Dengan semakin banyaknya barang pribadi, barang-barang tersebut memerlukan lebih banyak jasa publik yang biasanya kurang bisa mengimbangi pertumbuhannya. Misalnya pada kepemilikan mobil sebagai barang pribadi memerlukan lebih banyak jalan besar, lampu lalu lintas, tempat parkir dan pengatur jalan lainnya (barang publik). Penjualan berlebihan barang pribadi mengakibatkan ”biaya sosial”. Untuk mobil, biaya sosialnya termasuk kemacetan lalu lintas, polusi udara, semakin menipisnya persediaan BBM, makin meningkatkan CO2 yang berarti makin tingginya pemanasan global.

Ketiga lebih banyak memberi dibanding menerima. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling dermawan, dan beliau lebih dermawan pada bulan Ramadhan. Menurut riwayat Al-Baihaqi, dari Aisyah ra: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jika masuk bulan Ramadhan membebaskan setiap tawanan dan memberi setiap orang yang meminta.” Di bulan Ramadhan seorang muslim diperintahkan untuk lebih memperbanyak sedekah dibanding bulan-bulan biasa. Dengan berbagi kenikmatan kepada orang yang tidak mampu diharapkan semakin kecilnya kesenjangan antara si kaya dan si miskin.

Jeffrey Sachs dalam kesimpulan bukunya The End of Poverty menekankan pentingnya hubungan kemiskinan dan kerusakan lingkungan sebagai peubah penentu kesejahteraan dan kemakmuran. Kebakaran hutan yang kerapkali melanda hutan Indonesia menempatkan negeri ini sebagai Negara keempat pembuang emisi gas rumah kaca (greenhouse gas/ GHG) di dunia. Dan jika berdasar indikator konversi lahan dan perusakan hutan, posisi Indonesia sebagai ”aktor” penyebab pemanasan global berada di posisi ketiga. Emisi yang terbuang dari kebakaran hutan di Indonesia lima kali lebih besar dari emisi yang terbuang di luar non kehutanan. Kebakaran hutan di Indonesia walaupun disebabkan keserakahan orang kaya namun pelaku dilapangan adalah orang yang miskin. Lapangan kerja yang sulit, kebutuhan hidup yang makin tinggi menyebabkan mereka mau berbuat apa saja untuk bertahan hidup. Zakat, sedekah dan infaq yang terkelola dengan baik dapat mengangkat sebagian kaum miskin ke tingkat kesejahteraan yang lebih baik. Tingkat kemiskinan yang tinggi menyebabkan kerusakan lingkungan juga makin tinggi, dan tingkat kemiskinan yang rendah mempunyai kecenderungan tingkat kerusakan lingkungan yang rendah pula.

Apabila kita menjalankan ibadah puasa sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW, kita dapat berkontribusi mengurangi ancaman pemanasan global. Jangan sampai di bulan yang mulia ini umat muslim justru dituding sebagai penyebab utama pemanasan global karena tingkat konsumsi yang tidak berkelanjutan.

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button