Penetrasi air laut di bawah permukaan tanah, sudah jauh masuk ke daratan kota Jakarta. Hal tersebutkan dapat dibuktikan pada rasa air sumur warga. Penduduk Sekitar Jakarta Pusat bagian utara yang 10 tahun yang lalu masih bisa merasakan tawarnya air sumur, kini merasakan airnya sudah tak sesegar dulu lagi, sudah berubah terasa payau. Bahkan di beberapa tempat rasa asin telah mulai mereka rasakan.
Hal tersebut disebabkan pemakaian air tanah yang berlebihan. Bangunan-bangunan tinggi yang mengelilingi kota Jakarta tentu membutuhkan air yang banyak. Kebutuhan air tersebut diambil dari dalam tanah dengan pompa yang kemampuan hisapnya bisa mencapai kedalaman seratusan meter atau lebih. Besarnya pemakaian air yang diambil dari tanah ini, menyebabkan semakin besar pula rongga atau pori-pori tanah akibat tergerus oleh sedotan pompa itu.
Tidak hanya itu, kurangnya sumber resapan air yang datang dari hulu dan permukaan tanah, karena permukaan tanah yang sudah semakin banyak yang ditutup dengan beton, sehingga air hujan maupun air buangan tak lagi kembali kedalam tanah, melainkan mengalir ke kali dan seterusnya kelaut, maka rongga yang kosong ini diisi oleh air yang datang dari laut di bawah permukaan tanah.
Penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), intrusi air laut di permukaan Jakarta sudah mencapai 3 kilometer ke daratan. Sedangkan intrusi air laut di bagian tanah dalam sudah lebih 10 kilometer ke daratan.
Intrusi di permukaan terjadi karena sebab alami berupa air laut pasang. Intrusi air laut tanah dalam terjadi karena penyedotan air tanah secara berlebihan dan tak terkendali selama bertahun-tahun. Rongga- rongga tanah yang kosong akibat penyedotan air menyebabkan tanah memadat dan terjadi penurunan permukaan tanah. Namun, di daerah pesisir, rongga tanah yang kosong diisi air laut yang bersifat korosif.
Kondisi ini terjadi karena pengambilan air tanah di Jakarta saat ini mencapai 252, 6 juta meter kubik per tahun. Padahal, ambang batasnya hanya 186 juta meter kubik per tahun sehingga terjadi defisit sekitar 66,65 juta meter kubik per tahun.
Lubang resapan biopori sebagai lubang resapan air hujan, sangat dibutuhkan warga Jakarta sebagai penampung air hujan, agar tak seluruhnya mengalir ke kali dan selanjutnya ke laut, serta untuk mengisi rongga atau pori-pori tanah yang airnya tersedot untuk kebutuhan sehari-hari.
Lubang resapan biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10 cm dan kedalaman sekitar 100 cm, atau dalam kasus tanah dengan permukaan air tanah dangkal, tidak sampai melebihi kedalaman muka air tanah. Lubang diisi dengan sampah organik untuk memicu terbentuknya biopori. Biopori adalah pori-pori berbentuk lubang yang dibuat oleh aktivitas fauna tanah atau akar tanaman.
Lubang resapan biopori adalah teknologi tepat guna dan ramah lingkungan untuk mengatasi banjir dengan cara (1) meningkatkan daya resapan air, (2) mengubah sampah organik menjadi kompos dan mengurangi emisi gas rumah kaca (CO2 dan metan), dan (3) memanfaatkan peran aktivitas fauna tanah dan akar tanaman, dan mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh genangan air seperti penyakit demam berdarah dan malaria
Tim Analis Biopori Institut Pertanian Bogor (IPB) menyebut Jakarta membutuhkan 76 juta lubang resapan biopori (LRB) sebagai upaya pencegahan banjir dan untuk menyimpan air pada musim kemarau. Menurut tim tersebut, kebutuhan lubang biopori di Jakarta jauh lebih besar dari yang sedang ditargetkan Pemprov saat ini yakni sebanyak 5 juta lubang. Apabila target itu terpenuhi, maka genangan air di wilayah DKI Jakarta dapat diminimalisasi. Dan sampah organik juga bisa tereduksi sebanyak 30 persen.