LingkunganUncategorized

MENGHADANG ” POLUSI PUTIH “

I. Pendahuluan

Dalam setahun, masyarakat dunia menggunakan 500 miliar hingga 1 triliun kantong plastic. Sesuai dengan perkiraan Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasonal setiap dua manusia sekurangnya mengkonsumi satu plastic setiap hari Kalau dihitung rata-rata setiap orang menggunakan 170 kantong plastic tiap tahun. Dan itu berarti setiap satu menitnya 2 juta kantong plastic dibuang begitu saja. Berdasarkan data Environmental Protection Agency (EPA) AS, pada tahun 2001 penduduk AS menggunakan sedikitnya 25 juta ton plastic setiap tahunnya.

Kantong plastic belanjaan biasanya terbuat dari polietilen (PE). PE terbuat dari minyak mentah, gas alam atau hidrokarbon lain yang merupakan sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui. Untuk memproduksi 1 ton plastic diperlukan 11 barel minyak mentah (BBM). Lebih dari 60 juta ton bahan PE diproduksi setiap tahun di seluruh dunia terutama menjadi kantong plastic yang berarti produksi kantong plastic menggunakan 8% produksi minyak dunia. II. Manfaat dan Dampak Kantong Plastik

Bukan suatu yang mengherankan, jika plastik banyak digunakan. Plastik banyak memiliki kelebihan dibandingkan bahan lainnya. Berat plastik ringan, biaya pembuatan murah, dan tidak memakan ruang yang besar. Selain itu plastik memiliki densitas yang rendah, bersifat isolasi terhadap listrik, mempunyai kekuatan mekanik yang bervariasi, ketahanan suhu terbatas serta ketahanan bahan kimia yang bervariasi.

Mengingat kelebihan kantong plastik wajar saja apabila orang lebih memilihnya untuk dijadikan pembungkus dibanding dengan bahan lain. Di beberapa negara maju penggunaan kantong plastik sudah mulai tergantikan oleh kantong yang terbuat dari kertas. Dalam tahun 1999, lebih dari 14 juta batang pohon ditebang guna memproduksi 10 Miliar kantong belanja yang digunakan oleh penduduk AS. Namun penggunaan kertas juga mulai digugat karena meningkatkan kebutuhan akan kayu yang dapat mempengaruhi keberadaan hutan sebagai stabilisator suhu dan iklim serta mengurangi dampak pemanasan global.

Hanya saja dampak kantong plastik sangat luas sehingga beberapa negara seperti Cina, Rwanda, San Francisco, Hong Kong, Singapura, Australia, Irlandia, Taiwan, Mumbai Scotlandia, Perancis, Tanzania, Switzerland, Denmark, Jerman, Africa Selatan, Philippina dan Bangladesh melarang penggunaan kantong plastik.

Beberapa dampak tersebut antara lain: Pertama, plastik menimbulkan masalah sampah di jalan-jalan, sungai dan saluran air, pantai dan lingkungan kelautan. Sebagian besar plastik sekiar 47% terbawa dari tempat pembuangan akhir.

Kedua, tas plastik dibuat dari sumber daya alam yang langka yaitu minyak dan menciptakan polusi mulai dari proses pembuatannya hingga pembuangannya. Untuk memproduksi 1 T kantong plastik setiap tahun di seluruh dunia dibutuhkan 120 juta barel minyak mentah, sumber alam yang tidak dapat diperbaharui. Di AS saja diperkirakan 12 juta barel minyak mentah dipergunakan untuk memproduksi 100 M kantong plastik setiap tahun.

Ketiga, diperlukan 1.000 tahun bagi plastik untuk terurai dan hancur. Hanya 0,6-1% kantong plastik yang dapat di daur ulang di seluruh dunia, sisanya mengendap dalam tanah, menyumbat saluran air dan menyebabkan banjir. Sampah plastik yang dibuang ke saluran air mengakibatkan genangan air yang menjadi sarang pembiakan nyamuk penyebab penyakit demam berdarah.

Keempat, dalam bulan Juni 2006 program lingkungan PBB memperkirakan setiap mil persegi ada 46.000 sampah plastik mengambang dilautan. Sekitar 80% sampah dilautan berasal dari daratan dan hampir 90%nya adalah plastik. Laporan dari Greenpeace, sedikitnya 267 biota laut telah menderita dari jeratan atau mencerna sampah laut. Dan 100.000 ikan paus, anjing laut, dan penyu setiap tahunnya mati karena jeratan plastik. Diperkirakan 1 juta burung laut menelan atau terjerat jaring plastik atau sampah lainnya setiap tahun.

III. Menghadang Polusi Putih

Mulai 1 Juni 2008, seluruh toko pengecer di China termasuk supermarket, toko serba ada dan toko grosir tidak lagi melayani pemberian tas plastik gratis. Berdasarkan peraturan baru tersebut, kantong plastic dengan ketebalan di bawah 0,025 mm dilarang. Para penjual harus mengganti dengan kantong lain yang bisa dipakai berulang kali. Menurut asosiasi industri pembuat plastic Cina (CPPIA), negaranya menggunakan 3 juta kantong plastic per hari. Setiap tahunnya China mengonsumsi 37 juta barel minyak mentah untuk membuat lebih dari 1 Triliun kantong plastic.

Akibat peraturan tersebut Pabrik yang berlokasi di Suiping, Provinsi Henan telah menghentikan produksi sejak pertengahan bulan Mei. Namun mengingat dampaknya yang sangat besar, pemerintah China tetap tegas memberlakukan peraturan tersebut. Padahal akibat penutupan pabrik tersebut sebanyak 20.000 pekerja tidak jelas nasibnya.

Masalah polusi menjadi bagian yang tidak terpisahkan akibat percepatan pembangunan yang mengabaikan aspek lingkungan. Berbagai macam bencana seperti banjir, polusi udara, sampah dsbnya menyadarkan pemerintah China pentingnya aspek lingkungan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu China berkomitmen pada lingkungan dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang pro lingkungan.

Bagaimana halnya dengan pemerintah Indonesia? Krisis ekonomi yang tidak berkesudahan, menyebabkan aspek lingkungan terpinggirkan. Pembangunan lebih diprioritaskan untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran sebagai dampak krisis ekonomi. Berbagai bencana datang silih berganti akibat mengabaikan factor lingkungan seperti banjir, erosi, polusi udara tidak menyadarkan pengambil kebijakan di negeri ini agar lebih memprioritaskan lingkungan.

Banjir yang datang setiap musim penghujan di Jakarta yang salah sebabnya karena kantong plastic yang menutupi saluran air tidak menggugah pembuat kebijakan untuk mengurangi pemakaian kantong plastic. Bahkan untuk membeli satu sachet bumbu dapur di warung dibekali dengan kantong kresek.

Ada beberapa pengalaman di Negara-negara lain yang sukses mengurangi pemakaian kantong plastic.

Di Bangladesh-negeri langganan banjir karena bermuaranya sungai Gangga-pemakaian kantong plastic dilarang karena penyebab utama banjir yang menghambat aliran air di selokan.

Di Perancis, supermarket (seperti Carrefour) memaksa konsumennya untuk membeli plastik yang dapat dipakai berulang (reusable plastic) dan tas kain non-tenun (non-woven bags).

Di Irlandia penggunaan tas belanja plastik dikenakan cukai 15% dan efektif untuk menurunkan pemakaiannya sampai dengan 90%.

Di San Francisco (AS), toko dan supermarket yang masih menyediakan kantung plastik dikenakan denda $100 (hampir Rp 1 juta) untuk pelanggaran pertama kali, dan meningkat denda $200 untuk pelanggaran berikutnya dan jika masih melanggar dikenakan denda $500.

Di Inggris, beberapa toko besar (seperti Tesco dengan Green Bag Scheme) memberi discount khusus senilai 1-4 Poundsterling bagi pembeli yang membawa sendiri tas dari rumah.

Pemerintah Afrika Selatan mewajibkan produksi kantong plastik yang lebih tebal (minimal 30 mikron) dan lebih tahan lama, yang mudah di-recycle, serta tentu lebih mahal, sehingga penggunaan kantong plastik menjadi menurun. Karena kantong plastiknya tahan lama dan tidak cepat rusak, makan kantong-kantong ini bisa digunakan berulang kali. Kalaupun dibuang, bisa di-recycle.

Pemerintah kota Sydney mengadakan kampanye selama 2 bulan untuk mendorong masyarakat menukarkan 20 kantong plastik dengan 1 tas dari calico, dengan harapan mereka akan menolak apabila suatu hari diberi kantong plastik, dan menggunakan tas calico atau tas lainnya yang bisa di-recycle.

Pemerintah Indonesia khususnya daerah yang rawan banjir, dapat menerapkan kebijakan tersebut dengan menerapkan mekanisme insentif dan disinsentif. Kalaupun konsekuensi dari kebijakan pelarangan kantong plastik adalah ditutupnya pabrik produksi kantong plastik, maka kerugiannya tidaklah seberapa bila dibandingkan kerugian akibat banjir, sampah yang menggunung dan kegagalan kita mewariskan bumi yang lebih asri kepada anak cucu kita.

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button