Prinsip Dasar Ilmu Lingkungan menyatakan
1. Jejaring kehidupan eco-sistem, web of life eco-sistem yang mengandung prinsip interaksi antara komponennya
2. Yang mempertautkan komponen alam biota dan abiota dalam hubungan interdependensi, saling kait mengait satu dengan lain
3. Jejaring kehidupan alami akan tumbuh kuat jika memiliki komponen alam diversitas beraneka-ragam. Semakin beragam komponen alami, semakin stabil jejaring kehidupan lingkungan alam
4. Setiap komponen alam lingkungan mempunyai fungsi dan kegunaan, utility, tertentu. Tidak ada komponen alam yang sia-sia, hanya manusia belum memahami kegunaannya
5. Dalam jejaring kehidupan eko-sistem peri-kehidupan alami berlanjut, sustainable, jika berada dalam siklus kehidupan yang berputar tak henti-hentinya
6. Komponen sumber daya alam yang terbarukan punya ambang batas yang tidak boleh dilewati untuk tidak menghentikan kemampuan reproduksi pembaharuan sumber daya alam
7. Sumber daya alam tidak terbarukan punya masa kegunaan yang terbatas waktu sehingga memerlukan substitusi untuk menjamin keberlanjutan pembangunannya
8. Lingkungan alam punya ambang batas dalam menampung dan menyerap limbah dan pencemaran
Al-Qur’an memuat konsep prinsip ilmu lingkungan seperti prinsip interaksi, diversity, keseimbangan, utilitas, dan keberlanjutan. Prinsip keseimbangan dijelaskan dalam surah Al- Hijr, ayat 19-20
19. Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.
20. Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezki kepadanya.
21. Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.
Pada Al- Hijr ayat 19 disebutkan segala sesuatu menurut ukurannya, artinya Allah telah menurunkan sesuatu seimbang, tidak kekurangan dan tidak pula kelebihan. Misalnya saja disebutkan bahwa curah hujan di Jakarta berlebihan sehingga mendatangkan banjir, maka pernyataan tersebut tidak tepat.
Menurut mantan Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, Jakarta dirancang Belanda untuk menampung 800.000 penduduk. Namun ternyata di saat Bang Ali menjabat Gubernur jumlahnya membengkak jadi 3,5 juta. Sekarang Jakarta adalah metropolitan terbesar di Asia Tenggara dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang luar biasa dan diikuti berbagai masalah perkotaan. Keseluruhan populasi dari Jakarta meningkat 100 kali pada abad ke-20, dari sekitar 100.000 pada 1900 menjadi 9,6 juta jiwa pada tahun 2010. Jumlah penduduk di Jakarta Metropolitan Area yang terdiri dari Jakarta dan sekitarnya Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi-disingkat Bodetabek-pada mencapai lebih dari 23 juta. Populasi ini terdiri dari sekitar 80 persen penduduk perkotaan dan 20 persen penduduk pedesaan. Penduduk ini sekitar 10 persen dari total penduduk Indonesia dan hanya sekitar 0,3 persen dari total wilayah Indonesia (Zulkifli, 2014).
Pada hari dan jam kerja, penduduk Jakarta menjadi 12 juta jiwa karena kedatangan pekerja dari wilayah bodetabek. Jumlah penduduk Jakarta yang meningkat pada jam-jam kantor memberikan tekanan yang tinggi pada infrastruktur kota yang terbilang tidak luas bila dibandingkan dengan kota-kota besar lainnya di dunia. Dari dua puluh lima (25) kota di dunia yang tertinggi jumlah penduduknya, Jakarta menduduki urutan kesepuluh (10) terpadat di dunia. Data statistik menunjukkan bahwa rata-rata kepadatan penduduk Jakarta pada tahun 2011 adalah 13.000 orang/km2, sementara kepadatan di daerah Jakarta Pusat jauh lebih tinggi dan mencapai 19.600 orang/km2. Jumlah penduduk yang mencapai 12 juta jiwa pada siang hari tentu membutuhkan air yang sangat besar (Zulkifli, 2014).
Tambahan lagi, penelitian Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) mengungkapkan fakta yang menyedihkan. Mutu aliran sungai di 45 titik pantau di 13 DAS Ciliwung pada 2010: kondisi baik 0%, tercemar ringan 9%, tercemar sedang 9% dan tercemar berat 82 persen. Hal ini dikarenakan 2,5% timbulan sampah Jakarta (600 m3/hari) mengalir di Sungai Ciliwung (Zulkifli, 2014).
Berdasarkan data kondisi Jakarta tersebut, maka wajar apabila Jakarta selalu diguyur hujan deras. Curah hujan yang turun sangat deras tentu bermanfaat untuk memberikan persediaan air bersih untuk 12 juta penduduk Jakarta, menetralisir sungai yang tercemar, dan membersihkan udara di kota Jakarta karena polusi 13 juta kendaraan bermotor.
Karena keseimbangan alamiah sudah diberikan oleh Allah, maka manusia perlu memperluas daerah resapan air atau ruang terbuka hijau (RTH) untuk menyerap air hujan. Proporsi luas lahan terbangun di DKI melonjak tajam sejak 20 tahun terakhir. Jakarta Selatan yang dulu merupakan daerah resapan air, misalnya, kini menjadi wilayah permukiman yang padat dengan proporsi luas lahan lebih dari 70 persen.
RTH kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka atau open spaces suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut (Zulkifli, 2014).
Bianpoen (1989) menyatakan dari sudut kesehatan seorang penduduk kota maksimal memerlukan ruang terbuka seluas 15 m2, kebutuhan normal 7 m2, dan minimal harus tersedia 3 m2. Pendapat lain dari Simonds (1961) bahwa ruang terbuka yang dibutuhkan oleh 4.320 orang atau 1.200 keluarga adalah 3 are (30.000 m2). Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mewajibkan pengelola perkotaan untuk menyediakan Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik dengan luas minimal 20% dari luas kota.
Tahun 2012 tercatat proporsi luas RTH publik di DKI Jakarta adalah 9,97% atau masih kurang 10,03% dari ketentuan UU. Dengan luas wilayah kurang lebih 65.000 (enampuluh lima ribu) hektar, Pemerintah DKI Jakarta masih harus mengadakan lahan seluas 6.520 hektar atau 650.200.000 meter persegi.
Berdasarkan data tersebut wajar apabila prinsip keseimbangan tidak berjalan di Jakarta. Hujan yang memberikan banyak manfaat ternyata tidak dapat dioptimalkan keberkahannya sehingga justru menjadi bencana banjir.
Prinsip lingkungan lain yaitu prinsip manfaat atau utility. Dalam surah Al-Imron ayat 191
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka
Prinsip manfaat ini diadopsi oleh lingkungan agar dapat menjaga kelestarian fungsi lingkungan walaupun hanya berupa tanaman semak, atau seekor lalat. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi seringkali tidak menganggap keberadaan segala sesuatu diluar manusia sehingga apapun yang menghalangi kegiatan manusia harus dihilangkan. Misalnya ketika membangun pertambangan. Proses penambangan, khususnya pada tambang permukaan, akan menghilangkan semua tanaman di lokasi yang akan ditambang, seperti pohon, semak-belukar, perakaran tanaman, benih, mikroorganisme, termasuk berpindahnya hewan liar. Proses ini tentunya akan menghilangkan fungsi-fungsi kawasan bervegetasi tersebut, seperti menyediakan berbagai hasil hutan, tempat hidup hewan dan tumbuhan, pangan, dan kawasan penyerap air atau sumber air, dan sebagainya. Tanaman lokal seperti semak belukar, yang dalam pandangan penambang tidak bermanfaat akan dihilangkan begitu saja.
Prinsip ilmu lingkungan yang lain yaitu interaksi, interdependensi, dan diversity terdapat pada surah A-Ra’d ayat 2-4
2. Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.
3. Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
4. Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.
Ayat tersebut bercerita banyak mengenai interaksi antara matahari dan bulan, gunung dan sungai. Interdependensi bagian-bagian yang berdampingan di bumi. Dan diversity (keanekaragaman) antara berbagai tanaman dan diantara tanaman itu sendiri. Dalam teori ilmu lingkungan ekosistem yang heterogen dengan berbagai keanekaragaman-nya lebih cenderung stabil daripada ekosistem yang homogen. Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya (Odum, 1983). Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.
Misalnya saja ekosistem yang homogen adalah lahan pertanian yang hanya ditumbuhi padi. Lahan pertanian sangat rawan terhadap serangan hama dan penyakit. Sering terdengar berita gagal panen karena serangan hama wereng. Berbeda dengan hutan yang ditumbuhi dengan beraneka ragam tumbuh-tumbuhan. Tidak pernah terdengar berita hutan habis karena serangan hama penyakit. Yang ada hutan habis karena dibakar untuk perkebunan kelapa sawit atau digunduli untuk industri kertas.
Keanekaragaman yang diberikan oleh Allah adalah anugerah. Penyeragaman yang dilakukan oleh manusia justru dapat mendatangkan bencana. Kebijakan sentral yang dilakukan oleh orde baru terhadap pola makan bangsa Indonesia menyebabkan ketergantungan rakyat Indonesia terhadap beras sangat tinggi. Tercatat konsumsi beras di Indonesia tertinggi di dunia yaitu 139 kg/tahun. Sedangkan Jepang tercatat sebagai bangsa no 2 pengkonsumsi beras yaitu 79 kg/tahun.
Kebutuhan beras yang tinggi menyebabkan kebutuhan terhadap lahan pertanian yang luas dan produktifitas padi yang tinggi. Lahan pertanian yang luas membutuhkan benih, pupuk, dan pestisida yang juga besar. Pupuk kimia dan pestisida yang dibutuhkan pertanian modern menjadi salah satu pemicu pemanasan global. Tambahan lagi, benih yang dihasilkan harus mampu berproduksi secara cepat dan tahan hama. Benih tersebut merupakan hasil rekayasa genetika.
Benih hibrida dan benih hasil rekayasa genetik membutuhkan banyak sekali pestisida, pupuk kimia dan air, meningkatkan pengeluaran dan merusak lingkungan. Benih tersebut juga sangat tidak tahan kekeringan, penyakit tanaman dan serangan hama, telah menyebabkan ribuan kasus gagal panen dan disadari telah menghancurkan perekonomian rumah tangga petani. Perusahaan penghasil benih telah menghasilkan benih yang tidak bisa dibudidayakan tanpa bahan-bahan kimia yang berbahaya, dipanen dengan mesin besar dan diberi bahan pengawet untuk menjaga agar tetap bertahan dalam perjalanan. Benih rekayasa genetika juga telah mengabaikan aspek yang sangat penting dalam pemuliaan benih yaitu kesehatan manusia. Hasilnya adalah benih industri tumbuh dengan cepat tapi kehilangan nilai gizi dan banyak mengandung bahan kimia. Inilah penyebab alergi dan penyakit kronis, kontaminasi tanah, air dan udara yang dihirup.
Dahulu sebelum kebijakan beras dipaksakan di seluruh Indonesia, beberapa kelompok masyarakat di Indonesia punya sumber-sumber pangan alternatif, seperti sagu dan ubi jalar di Papua, singkong, talas, kentang, ganyong dan beberapa umbi-umbian seperti Uwi, Gembili, Gembolo dan Tomboreso. Seyogyanya perbedaan sumber makanan disyukuri sebagai bagian rahmat dari Allah. Penyeragaman sumber makanan menyebabkan ketergantungan pada sumber tertentu yang belum tentu cocok ditanam di wilayah tertentu sehingga menyebabkan kerusakan lingkungan.
Selain itu, penyeragaman sumber makanan menyebabkan ekosistem di beberapa daerah berubah karena lahan yang semula tidak diperuntukan dan tidak cocok untuk pertanian, dipaksakan untuk menjadi lahan pertanian. Keanekaragaman hayati di daerah itu pun menjadi terancam musnah. Hewan-hewan yang biasa makan dari hasil hutan terancam punah dan beberapa binatang merusak lahan pertanian karena kehilangan tempat berlindung dan sumber makanan.
Keanekaragaman yang diberikan Allah tidak hanya terkait masalah tumbuhan dan hewan, tetapi juga gunung, sungai dan sebagainya. Dalam surah Fathir ayat 27
27. Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat.
Ilmuwan geologi menetapkan bahwa perbedaan warna gunung disebabkan oleh perbedaan materi yang menyusun bebatuannya. Gunung yang terdiri dari besi warnanya merah pekat, gunung yang mengandung mangan warnanya hitam, gunung yang mengandung logam warnanya kuning, dan sebagainya.
Prinsip dasar ilmu lingkungan yang lain yaitu keberlanjutan atau kesinambungan. Dalam surah Ar-Ruum ayat 48, disebutkan bagaimana hujan menjadi salah satu faktor utama keberlanjutan.
48. Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya, tiba-tiba mereka menjadi gembira.
Hujan menjadi pemicu utama keberlanjutan. Misalnya saja pada lahan sawah. Musim kemarau menyebabkan lahan sawah terancam gagal panen. Apabila terjadi gagal panen, maka ekosistem akan terganggu, binatang yang menggantungkan hidup dari sawah akan terancam keberadaannya. Manusia juga akan terancam kelaparan. Hujan dapat menghidupkan tumbuhan dengan izin Allah, mengairi sawah, memberikan minuman pada hewan dan sebagainya.
Selain itu, hujan juga dapat menetralisir udara sehingga aktifitas berjalan normal kembali. Polusi udara diperkotaan dapat menyebabkan kabut, gangguan penglihatan dan berbagai macam penyakit khususnya penyakit ISPA (Infeksi saluran pernapasan akut). Hujan dapat menetralisir polusi udara sehingga udara menjadi bersih dan segar kembali.
Pengetahuan Lingkungan dalam Islam
Islam menyatakan bahwa bumi itu dahulunya terdiri dari satu daratan dan dipisahkan keduanya
Al-Anbiya 30-31
30. Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?
31. Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk.
Pengetahuan Lingkungan modern menyatakan pada awalnya bumi terbentuk, seluruh benua merupakan satu daratan yang amat luas, belum terbagi-bagi oleh pergeseran kerak bumi. Daratan yang luas tersebut disebut Pangea, pada masa mesozoic terbagi atas dua bagian besar yaitu Gondwana di belahan Bumi selatan dan Laurasia di belahan Bumi utara.