Berbagai program maupun gerakan-gerakan lingkungan dilakukan dalam upaya memerangi pemanasan global, baik berupa program-program lingkungan yang diprakarsai oleh pemerintah (baca: Kementerian Lingkungan Hidup), gerakan-gerakan lingkungan oleh LSM Lingkungan, Pendidikan Lingkungan di sekolah-sekolah, Pesantren dan Kampus, kampanye, penyuluhan, sosialisasi, dan sebagianya. Salah satu konsep lingkungan yang ditujukan untuk lingkungan Perguruan Tinggi adalah eco-campus atau Green campus.
Pada dasarnya berbagai program lingkungan seperti Green campus bersifat sukarela (volunteer) dan merupakan program stimulus, dimana tidak ada unsur paksaan maupun tekanan dari pemerintah. Program tersebut merupakan kesadaran dan kepedulian warga kampus dalam memelihara kelestarian lingkungan. Kampus sebagai tempat berkumpulnya para intelektual dan tempat dilahirkannya generasi penerus bangsa diharapkan dapat menjadi model atau contoh bagi institusi lain dalam pengelolaan lingkungan yang baik.
Program Green campus diharapkan dapat menjadikan lingkungan kampus tidak hanya sebagai tempat yang Nyaman, Bersih, Teduh (Hijau), Sehat dalam menimba ilmu pengetahuan namun juga sebagai ujung tombak penelitian mengenai lingkungan dan bentuk pengabdian kampus terhadap upaya mitigasi dan adaptasi terhadap masyarakat yang paling rawan terkena dampak kerusakan lingkungan.
Pengertian Green campus adalah sistem pendidikan, penelitian pengabdian masyarakat dan lokasi yang ramah lingkungan serta melibatkan warga kampus dalam aktifitas lingkungan serta harus berdampak positif bagi lingkungan, ekonomi dan social.
Green campus adalah konsep perpaduan antara lingkungan dengan dunia kampus. Konsep lingkungan yang meliputi 3R, penghijauan, in front of office, CSR dan sebagainya digabung dengan konsep kampus yang terdiri dari fisik kampus, lokasi dan perilaku warga kampus. Kerangka konsep tersebut terlihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 4. Kerangka Konsep Green Campus
Fenomena pemanasan global melahirkan gerakan go green. Salah satu greakan go green adalah Green campus. Green campus terdiri dari tiga yaitu Green Building, Green Place dan Green Behaviour.
Green Building memiliki 4 ciri yaitu: Material Bangunan ramah lingkungan, Pengolahan limbah, media promo tools yang ramah lingkungan dan bebas polusi udara dan suara. Green Place memiliki lima ciri yaitu permukiman tersebut memiliki konsep yang disebut one stop living, ruang terbuka hijau, harmonis, mengurangi penggunaan kendaraan bermotor dan kemudahan mengakses transportasi umum. Green Behaviour memiliki cirri yaitu pengetahuan lingkungan, perilaku lingkungan serta tanggungjawab sosial.
Konsep Green campus holistic memuat variable, sub variable dan indikator yang dapat dijadikan sebagai ukuran apakah kampus tersebut sudah masuk kategori Green campus. Adapun variable, sub variable dan indicator Green campus pada table dibawah ini:
Tabel 3. Variabel, Sub Variable Dan Indicator Green Campus
V. Strategi Penerapan Green Campus
5.1 Analisis Lingkungan Eksternal
Peluang yang diidentifikasi terdiri dari peningkatan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan, meningkatnya permintaan terhadap produk ramah lingkungan, kecenderungan trend kembali ke alam, dukungan sosial baik dari masyarakat, LSM dan pers terhadap penggunaan bahan-bahan yang ramah lingkungan dan isu pemanasan global. Ancaman yang dihadapi terdiri dari lahan yang makin terbatas, meningkatnya kompetisi antar perguruan tinggi, kebijakan pemerintah yang belum pro produk ramah lingkungan, dan krisis keuangan global.
Dilihat dari aspek peluang, peningkatan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan, meningkatnya permintaan terhadap produk ramah lingkungan, kecenderungan trend kembali ke alam, dukungan sosial baik dari masyarakat, LSM dan pers dan isu pemanasan global, maka kampus perlu menggunakan produk-produk yang ramah lingkungan.
Isu pemanasan global semenjak COP ke-13 di Bali semakin menambah booming isu lingkungan di tanah air. Ketika itu media massa, tokoh masyarakat, dan pemerintah ramai-ramai bicara lingkungan. Dunia usaha seakan tidak mau ketinggalan menyikapi isu lingkungan, berbagai produk ramah lingkunngan diluncurkan misalnya membuat laptop hemat energi dan ramah lingkungan, mobil hemat energi, permukiman ramah lingkungan dan sebagainya.
Khusus untuk dunia kampus, lahan yang makin terbatas, meningkatnya kompetisi antar perguruan tinggi, kebijakan pemerintah yang belum pro produk ramah lingkungan, dan krisis keuangan global berpengaruh pada Strategi Kebijakan Kampus Ramah Lingkungan
5.2 Analisis Lingkungan Internal
Kekuatan yang diidentifikasi terdiri dari kesadaran lingkungan warga kampus yang makin baik, jaringan perguruan tinggi yang baik, pasar yang selalu besar karena pendidikan adalah kebutuhan primer masyarakat modern dan perguruan tinggi tempat berkumpulnya orang-orang yang adaptif dan inovatif. Kelemahan yang diidentifikasi terdiri dari SDM yang mengerti lingkungan masih sedikit, penelitian mengenai lingkungan yang minim, anggaran penelitian mengenai lingkungan yang kecil, dan harga produk ramah lingkungan yang masih tinggi.
Untuk memanfaatkan peluang tren lingkungan, diperlukan sumberdaya manusia (SDM) yang juga mengerti lingkungan. Dalam hal ini, perlu peningkatan pengetahuan lingkungan pada warga kampus. Pengetahuan seperti prinsip dasar ilmu lingkungan, AMDAL, daya dukung lingkungan, dan sebagainya diperlukan untuk mendukung green campus. Untuk meningkatkan kualitas pengetahuan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai upaya, antara lain adalah penyuluhan, pelatihan, kemitraan lingkungan.
Harga produk ramah lingkungan relatif masih mahal. Biaya pengadaan fasilitas lingkungan yang dibebankan seluruhnya kepada produk menyebabkan harga produk melambung tinggi. Biaya tersebut dapat dikurangi, misalnya dengan melakukan produksi massal produk ramah lingkungan. Untuk melakukan produksi missal produk ramah lingkungan diperlukan penelitian mengenai produk-produk ramah lingkungan.
5.3 Penetapan Tujuan dan Sasaran
Penetapan tujuan dan sasaran strategik dilakukan dengan memperhatikan ruang lingkup green campus, harapan warga kampus dan masyarakat, analisa lingkungan eksternal, dan analisa lingkungan internal.
Berdasarkan semua komponen input dan dengan memperhatikan syarat tujuan strategik yang berkualitas, green campus bertujuan sebagai berikut :
1. Mendukung upaya pembangunan berkelanjutan
2. Meningkatkan kualitas pendidikan
3. Peningkatan kesadaran lingkungan warga kampus dan masyarakat
4. Menjamin keberadaan perguruan tinggi berkelanjutan
Seluruh tujuan strategik yang ditetapkan di atas telah memenuhi kriteria dapat diterima, fleksibel, memotivasi, sesuai, dapat dipahami, dapat dicapai, dan bersifat jangka panjang. Tujuan mendukung upaya pembangunan berkelanjutan merupakan tujuan utama dari aktifitas ekonomi, sosial dan lingkungan manusia. Hal ini tidak hanya dikembangkan di Indonesia, namun seluruh dunia menyepakati bahwa pembangunan yang ada selayaknya tidak hanya untuk saat ini namun untuk masa yang akan datang. Karena bumi bukan milik generasi sekarang namun merupakan titipan dari generasi yang akan datang..
Tujuan kedua untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan yang ditandai penelitian mengenai lingkungan dan terpeliharanya kualitas SDA disekitar kampus. Peningkatan kualitas pendidikan itu diukur melalui kriteria sebagai berikut:
a. Peningkatan harapan hidup warga kampus, yang diwujudkan oleh tingkat kesehatan warga kampus yang makin baik
b. Peningkatan kecerdasan mahasiswa dan keterampilan dosen
c. Meingkatnya kesempatan berperan serta dalam pembangunan
d. Ketentraman sosial
e. Terpeliharanya kualitas SDA yang beranekaragam
Tujuan ketiga yaitu peningkatan kesadaran lingkungan warga kampus dan masyarakat. Kesadaran warga kampus dan masyarakat nantinya diikuti dengan aktifitas pelestarian lingkungan, penciptaan teknologi ramah lingkungan dan produk-produk ramah lingkungan.
Tujuan terakhir green campus adalah menjamin keberadaan perguruan tinggi berkelanjutan. Persaingan dunia pendidikan yang ketat mendorong agar perguruan tinggi menyesuaikan diri dengan berbagai isu lingkungan. Bentuk penyesuaian diri tersebut dengan mengadopsi isu lingkungan pada dinamika perguruan tinggi seperti pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat.
Gambar 5. Komponen Penetapan Tujuan dan Sasaran Stategik
Tujuan-tujuan di atas selanjutnya diperdalam lagi melalui sasaran strategik yang lebih spesifik. Setiap tujuan dapat memiliki beberapa sasaran dan sebaliknya suatu sasaran mungkin dapat menjelaskan beberapa tujuan. Hal yang paling penting dalam penetapan sasaran strategik adalah indikator atau parameter yang penting untuk menentukan keberhasilan suatu tujuan atau sasaran. Seluruh sasaran strategik yang ditetapkan cukup memenuhi kriteria spesifik, dapat diukur, dapat dicapai, realistis, dan terikat dengan waktu.
Sasaran mendukung upaya pembangunan berkelanjutan adalah mendukung upaya pencapaian Visi dan Misi Perguruan Tinggi. Sasaran peningkatan kualitas pendidikan diukur dengan peningkatan akreditas perguruan tinggi dan terpeliharanya kualitas Sumber Daya Alam (SDA). Sasaran peningkatan kesadaran warga kampus dan masyarakat adalah meningkatnya berbagai macam program pemberdayaan masyarakat berbasis lingkungan. Sasaran keberadaan perguruan tinggi berkelanjutan adalah citra perguruan tinggi yang semakin baik dan tercapainya kepuasan berkelanjutan bagi warga kampus.
Tabel 4. Penetapan Tujuan dan Sasaran Strategik
5.4 Penentuan Strategi melalui Matriks SWOT
Penentuan strategi terapan dilakukan melalui Matriks SWOT. Dengan metode ini, alternatif strategi/model yang dimunculkan merupakan hasil kombinasi dari setiap peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan penerapan green marketing pada permukiman. Strategi/model terapan yang muncul dari Matriks SWOT terdiri dari empat alternatif, yaitu strategi penggunaan produk ramah lingkungan, strategi edukasi lingkungan, strategi penelitian ramah lingkungan, dan strategi kebijakan kampus ramah lingkungan.
Strategi penggunaan produk ramah lingkungan merupakan alternatif strategi SO (strength-opportunity). Strategi tersebut untuk memanfaatkan momentum kesadaran lingkungan yang berkembang di dunia pendidikan dan masyarakat. Strategi penggunaan produk ramah lingkungan untuk menjawab dinamika terhadap kebutuhan produk ramah lingkungan.
Strategi edukasi lingkungan untuk menjawab pengetahuan, dan perilaku yang masih rendah terhadap produk ramah lingkungan. strategi edukasi lingkungan merupakan alternatif strategi WO. Di samping itu, strategi tersebut sekaligus memanfaatkan momentum kesadaran lingkungan yang semakin baik. Dengan edukasi diharapkan komitmen warga kampus semakin tinggi terhadap lingkungan
. Strategi ketiga adalah alternatif strategi ST. Strategi ST adalah strategi kebijakan ramah lingkungan. Ancaman lahan pembangunan di kota besar yang makin terbatas, kebijakan pemerintah yang belum pro pengadaan produk ramah lingkungan dan krisis global dapat diantisipasi dengan strategi ketiga tersebut. Dengan kebijakan ramah lingkungan diharapkan warga kampus dapat meningkat pengetahuan dan perilaku ramah lingkungan. Kebijakan seperti insentif dan disinsentif efektif untuk menerapkan berbagai program lingkungan.
Strategi terakhir adalah alternatif strategi WT. Strategi WT adalah strategi peningkatan penelitian ramah lingkungan. Strategi ini menjawab meningkatnya kompetisi pada dunia pendidikan, lahan permukiman yang makin terbatas, dan kebijakan pemerintah yang belum pro pengadaan produk ramah lingkungan. Penelitian ramah lingkungan dapat meningkatkan positioning kampus pada ditengah persaingan dunia pendidikan tinggi.