Sosial

EVALUASI KEBERHASILAN GPOP (GERAKAN PEREMPUAN OPTIMALISASI PEKARANGAN)

Inflasi dan Cabe ternyata memiliki korelasi yang sangat dekat terhadap gejolak perkembangan harga komoditi pertanian di pasaran. Akhir tahun 2010 lalu, harga komoditi Cabe di pasaran tradisional sempat membuat resah dan memberatkan masyarakat. Dimana harga cabai per kilo gram (kg)-nya mencapai Rp 100 ribu sampai Rp 120 ribu. Padahal, petani menjual hasil pertanian cabai-nya kepada para pedagang dengan harga cuma Rp 20 ribu.

Kondisi ini membuat masyarakat terutama ibu rumah tangga prihatin dan harus lebih cermat dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga untuk keperluan lainnya . Indikasi lain, juga berpengaruhi terhadap angka inflasi, dimana berdasarkan data Badan Pusat Statistik-BPS, Cabe menyumbang inflasi sebesar 0,11 persen di samping sembilan bahan pokok utama seperti beras.

Menyikapi kondisi itu, Pemerintah Pusat melalui Kementrian Pertanian pada Direktorat Jenderal Holtikultura, Direktorat Jenderal Budidaya Pascapanen Tanaman Sayuran dan Biofarmaka berupaya mencari terobosan baru agar masyarakat khususnya para ibu tidak di kalutkan lagi dengan tingginya harga Cabe di pasaran. Salah satunya yakni mencanangkan Gerakan Perempuan untuk Optimalisasi Pekarangan-GPOP Tahun 2011.

Yang menjadi dasar pelaksanaan GPOP adalah Peraturan Presiden No. 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber daya Lokal yang implementasinya adalah pemberdayaan kelompok wanita melalui Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan. Tujuan penggagasan GPOP ini adalah untuk memberdayakan perempuan perkotaan melalui optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan. Sedangkan komoditas utama yang akan dioptimalkan adalah cabai keriting, cabai rawit, sayuran, tanaman obat dan tanaman hias.

GPOP melibatkan PKK sebagai leading sektor yang memiliki peran penting dalam mensosialisasikan upaya tersebut kepada masyarakat untuk memanfaatkan pekarangan di sekitar rumah, menjadi potensi ekonomis. Program Gerakan Perempuan untuk Optimalisasi Pekarangan (GPOP) mampu ciptakan ketahanan pangan dari dalam rumah tangga. Pelaksanaan program tersebut tidak membutuhkan lahan luas. Lahan sesempit apapun juga dapat digunakan untuk melaksanakan gerakan ini. GPOP hanya stimulan. Tujuannya, agar ibu-ibu kembali memanfaatkan pekarangan mereka untuk menanam tanaman yang dapat dimanfaatkan.

Anggaran program GPOP sebesar Rp14 miliar. Dana diperuntukkan bagi 140 Penggerak Membangun Desa (PMD) yang lokasinya di 9 provinsi, 18 kota, 140 kecamatan, dan 560 kelurahan sehingga total sasarannya sebanyak 100 ribu kepala keluarga,

Dalam GPOP, masing-masing rumah tangga mendapat enam polibag bibit cabai berumur satu bulan. Terdiri dari tiga polibag cabai rawit dan tiga polibag cabai keriting. Teknik budidaya secara sederhana akan dilatih, berikut dengan pupuk dan biopestisida.

Selain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, GPOP juga diharapkan bisa menambah ketersediaan dan penganekaragaman konsumsi pangan dengan prinsip beragam, bergizi, berimbang dan aman, selain itu pemanfaatan pekarangan juga bisa memberikan tambahan penghasilan bagi keluarga.

Tujuan GPOP lain untuk memperindah lingkungan, lahan pekarangan perlu dimanfaatkan karena pekarangan memiliki potensi besar untuk memproduksi sayuran segar terutama dalam pot, kemampuan perempuan di kota terutama kelas menengah dalam menangani produksi sayur serta perbenihannya guna ketahanan pangan/ekonomi keluarga, dan bisa juga mengurangi biaya transport dan terpeliharanya tingkat kesegaran dengan mendekatkan sentra produksi sayuran segar ke konsumen di kota. Kegiatan pemeliharaan tanaman relatif lebih tertangani adalah manfaat yang kita peroleh dari pekarangan dan tentunya secara ekonomi merupakan salah satu sumber pendapatan keluarga.

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button