
Menonton debat capres kedua 17 Februari 2019 mengenai bedah isu lingkungan, ternyata kedua capres tidak membahas hal yang subtansi mengenai lingkungan. Harapannya kedua capres beradu strategi bagaimana meningkatkan kualitas lingkungan. Namun pembahasan yang dilakukan terlalu teknis dan belum menyentuh visi yang konseptual.
Baru masalah pengelolaan limbah yang sudah menyentuh konseptual namun itu juga belum terlalu dalam. Seharusnya waktu yang diberikan dapat menjadi ajang eksplorasi ide dan gagasan mengenai lingkungan.
Hal-hal subtansi yang tidak dibahas adalah
1. Pemanasan Global dan Perubahan Iklim
Pemanasan global dan perubahan iklim menjadi isu masyarakat dunia beberapa tahun terakhir. Ketika masyarakat dunia sibuk membicarakan pemanasan global, maka mitigasi pemanasan global hendaknya menjadi perhatian panelis, capres dan KPU.
Ketika terjadi penurunan suhu bumi diikuti kenaikan muka air laut, maka Negara kepulauan seperti Indonesia hendaknya bersiap diri dan memiliki strategi jitu untuk menghadapinya. Kebijakan adaptasi pemanasan global khususnya masyarakat pesisir pantai perlu dikemukakan
Belum lagi masalah kebakaran hutan yang dikemukakan capres 01 bahwa tidak terjadi kebakaran hutan selama 3 tahun terakhir adalah data yang keliru. Direktorat PKHL Kementrian Lingkungan Hidup dan kehutanan (2018) menyebutkan bahwa pada tahun 2016 terdapat kebakaran hutan seluas 14.604,84 hektare. Pada tahun 2017 terdapat kebakaran hutan seluas 11.127,49 hektar, dan pada tahun 2018 terdapat kebakaran hutan seluas 4.666,39 hektare
Pemanasan global juga terkait dengan penggunaan energi terbarukan. Salah satu penyebab pemanasan global adalah gas rumah kaca yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil. Pemerintah sudah memiliki target Energi baru dan terbarukan sebesar 23% tahun 2025. Namun menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat realisasi investasi Energi Baru Terbarukan (EBT) hingga September 2018 baru mencapai sekitar US$804 juta atau 40 persen dari target.
Barier atau penghalang utama peralihan ke energi terbarukan di Indonesia adalah tingkat ketergantungan terhadap bahan bakar fosil masih sangat tinggi. Sampai saat ini, porsi bauran energi primer Indonesia masih didominasi oleh bahan bakar fosil.
2. Sampah
Selanjutnya masalah Sampah. Jika jumlah penduduk Indonesia 2018 sebanyak 265 juta jiwa dan rata-rata produksi sampah Indonesia 0,7 kg/ hari/ orang maka dalam sehari sampah yang dihasilkan sebesar 185,5 juta kg perhari atau 185,5 ribu ton per hari atau 67,70 juta ton per tahun
Pemerintah telah memberikan beberapa solusi antara lain pengolahan sampah menjadi listrik. Dan sampai sekarang tidak diketahui bagaimana tingkat keberhasilannya. Yang tampak di depan mana jumlah sampah yang menggunung di TPA (tempat pembuangan sampah) semakin lama semakin tinggi.
Strategi pemilihan sampah, edukasi kepada warga, 3R (reduksi, reduce, dan recycle) tidak keluar dari paparan para Capres
3. Pencemaran Sampah Plastik di perairan
Pertengahan Januari 2019, Wapres Jusuf Kalla menyatakan Indonesia nomor 2 penghasil sampah plastik di dunia. Studi yang dilakukan oleh Jambeck (Jenna Jambeck, profesor teknik lingkungan dari University of Georgia, AS) menyatakan Indonesia menempati peringkat ke-2 dalam hal pembuangan sampah plastik ke laut, dengan jumlah 187,2 juta ton. Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, sampah plastik yang ada di laut Indonesia saat ini secara keseluruhan telah menimbulkan kerugian yang mencapai USD1,2 miliar atau setara Rp16 triliun
Pemerintah sudah membuat Rencana Aksi Nasional (RAN) sebagai peta jalan dalam mengatasi dan membersihkan sampah plastik di laut dalam rangka mencapai target pengurangan sampah hingga 70% pada tahun 2025. Namun belum terlihat upaya sungguh-sunggu pemerintah pada upaya preventif pengelolaan sampah plastik. RAN belum optimal memuat bagaimana upaya mengurangi penggunaan sampah, bagaimana pengelolaan sampah plastik di darat, dan upaya pencegahan pembuangan sampah ke laut. RAN baru bergerak pada upaya kuratif atau pengobatan.
Hendaknya perlu dipaparkan strategi mengurangi pencemaran sampah plastik di perairan
4. Reklamasi Pulau
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan terdapat 37 lokasi yang akan dikembangkan melalui reklamasi. Di sisi lain KKP mencatat 87,62% atau 15.337 pulau di Indonesia tidak berpenghuni berarti hanya 2.342 pulau saja yang berpenghuni dari jumlah pulau sebanyak 17.504 di Indonesia.
Lalu apa alasan reklamasi jika masih banyak pulau di Indonesia yang tidak berpenghuni. Bagaimana dampak lingkungan reklamasi terhadap ekosistem perairan dan kondisi lingkungan social nelayan.
5. Kerusakan Terumbu Karang
Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) menyatakan 46% terumbu karang di Indonesia mengalami kerusakan. Dan bagaimana kabar kerusakan terumbu karang pada tanggal 3 maret 2017 yang dilakukan kapal pesiar , MV Caledonian Sky yang memiliki bobot 4200 GT masuk ke kawasan terumbu karang di Raja Ampat, Papua Barat.
Data yang diumumkan, diketahui luas kerusakan mencapai 18.882 meter persegi. Luas tersebut, terdiri dari 13.270 meter persegi luas kerusakan total dan sisanya adalah akibat hempasan pasir dan terumbu karang yang pecah karena gerak kapal.